Tugu Pusaka Pangeran Samber Nyawa - Sejarah Wonogiri

















SEPUTARWONOGIRI.COM Tugu Pusaka Selogiri Wonogiri, Jalan-jalan sore di sekitar taman Tugu kalau malam disini juga ramai beragam kuliner, terlihat para pedagang persiapan buka lapaknya di lokasi taman.  Tugu Ireng /Tugu Pusaka telah lama menjadi ikon Kecamatan selogiri Wonogiri. dan tak lepas dari sejarah berdirinya kabupaten wonogiri.
Sejarah berdirinya Kabupaten Wonogiri dimulai dari embrio "kerajaan kecil" di bumi Nglaroh Desa Pule Kecamatan Selogiri. Di daerah inilah dimulainya penyusunan bentuk organisasi pemerintahan yang masih sangat terbatas dan sangat sederhana, yang dikemudian hari menjadi simbol semangat pemersatu perjuangan rakyat. Inisiatif untuk menjadikan Wonogiri (Nglaroh) sebagai basis perjuangan Raden Mas Said, adalah dari rakyat Wonogiri sendiri (Wiradiwangsa) yang kemudian didukung oleh penduduk Wonogiri pada saat itu.
Mulai saat itulah Nglaroh menjadi daerah yang sangat penting, yang melahirkan peristiwa-peristiwa bersejarah di kemudian hari. Tepatnya pada hari Rabu Kliwon tanggal 3 Rabi'ul awal (Mulud) Tahun Jumakir, Windu Senggoro: Angrasa retu ngoyang jagad atau 1666, dan apabila mengikuti perhitungan masehi maka menjadi hari Rabu Kliwon tanggal 19 Mei 1741 (Kahutaman Sumbering Giri Linuwih), Ngalaroh telah menjadi kerajaan kecil yang dikuatkan dengan dibentuknya kepala penggawa dan patih sebagai perlengkapan (institusi pemerintah) suatu kerajaan walaupun masih sangat sederhana. Masyarakat Wonogiri dengan pimpinan Raden Mas Said selama penjajajahan Belanda telah pula menunjukkan reaksinya menentang kolonial.
Jerih payah pengeran Samber Nyawa (Raden Mas Said) ini berakhir dengan hasil sukses terbukti dia dapat menjadi Adipati di Mangkunegaran dan Bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya ( KGPAA) Mangkunegoro I. Peristiwa tersebut diteladani hingga sekarang karena berkat sikap dan sifat kahutaman ( keberanian dan keluhuran budi ) perjuangan pemimpin, pemuka masyarakat yang selalu didukung semangat kerja sama seluruh rakyat di Wilayah Kabupaten Wonogiri[5]. (simber wikipedia)
Tugu tersebut bukan sembarang bangunan. Di dalamnya terdapat tiga pusaka peninggalan Raden Mas Said atau Pangeran Samber Nyawa sang pendiri tlatah Wonogiri.
Tiga pusaka tersebut merupakan senjata yang digunakan Pangeran Samber Nyawa saat berjuang melawan penjajah Belanda selama 16 tahun pada 1741-1757. pusaka tersebut menjadi saksi bisu Perlawanan Raden mas said.

TIJI TIBEH 

PANGERAN Sambernyawa atau Mangkunegara I, memiliki filosofi yang begitu luhur dalam kepemimpinan. Filosofi Tiji Tibeh ini terbukti ampuh manakala Sang Pangeran menerapkan konsep tersebut selepas meninggalkan Keraton Kartasura.

Konsep Tiji-Tibeh (Mati Siji Mati Kabeh, atau Mukti Siji Mukti Kabeh) menunjukkan semangat kebersamaan antara pemimpin dengan kawulanya. Pangeran Sambernyawa memang dikenal sebagai sosok pemimpin yang mau terjun langsung ke rakyatnya, dan menanggalkan batas antara kawula dengan gusti. Dalam setiap pertempuran, Pangeran Sambernyawa selalu bersedia turun langsung untuk membakar semangat pasukannya. Setidaknya konsep Tiji Tibeh ini dikumandangkan pertama kalinya ketika Pangeran Sambernyawa beserta pasukannya berada di Nglaroh

Tidak ada komentar

Terimakasih sudah berkunjung. Dan jangan lupa tinggalkan komentar.
Salam