SANG PENGEMBARA DARI PINGGIRAN SUNGAI MUSI

Sang Pengembara, ya begitulah salah satu ungkapan orang tua ku pada diriku. Karena dari kecil menjadi anak yang memberikan warna dan pebedaan sendiri diantara saudara-saudara ku.
Selama dalam pengembaraan banyak hal dan pengalaman hidup, semua itu pasti akan menjadi jejak hirup yang tak kan pernah bisa di hapus.
Rumah di masa kecilku juga kampung halaman ku tidak jauh dari aliran sungai musi. Masa kecilku banyak bermain di pinggir sungai hingga bisa berenang pun aku belajar dari situ juga bukan dikolam renang yang tanpa arus air yang deras.
sejak kelas 2 SD aku mencari ikan di sungai musi dengan belajar sama orang tua ku sendiri aku cepat bisa untuk melempar jala, menjaring ikan pake perahu, mancing, Jampirai, masang Tajur, Jampirai, bekarang dan lain-lain hingga menjadi sebuah hobi. 
lokasi tempatku mencari ikan pun bermacam-mcam baik disawah, di lubuk, di sungai.
Dengan nama-nama ikan sungai Baung, Lais, lampam, ikan paten, ikan tapa, ikan kejublang, ikan salontop, biran, saluang dll ( ikan sungai). Ikan keli (lele) , Ruan (gabus) betok, sepat dan belut ( ikan-ikan di sawah).
Dari hasil mencari ikan lewat cara-cara diatas aku merasa bangga jika bisa mendapatkan ikan dan menjadi tambahan lauk untuk keluarga kami. Saking hobinya kadang-kadang aku terlambat masuk sekolah.
Selain itu juga dengan adanya kegiatan tersebut untuk mengurangi waktuku bermain dikarenakan lingkungan ku sangat rawan sering terjadi perkelahian, perjudian dan lain-lain. 
Bijaknya dari kecil sudah diberi tanggung jawab oleh kedua orang tuaku seperti mengembala kambing dari 2 ekor sampai berjumlah 11 ekor, burung Dara dari sepasang hingga 50 ekor, ayam kampung dari 2 pasang hingga 20 ekor  dimana ketika itu adik-adiku masih kecil semua.
Bersyukur dari pegalamanku di masa kecil menjadi bekal dan semangatku dalam pegembaraan.
Dengan bekal itu menjadikan diriku tidak kenal lelah, selama merantau pengalaman pahit dan manis yang kualami mungkin tidak pernah dirasakan adik-adikku dan bahkan kakakku bagaimana perjuangan hidup yang ku lalui.
hingga kini paling tidak masih bisa bantu orang tua menuntaskan sekolah/kuliah adik-adikku sampai ke jenjang pernikahan mereka.

Aku sangat bersyukur dengan kondisi yang tidak lebih ke dua orang tua bisa berangkat naik Haji atas ijin NYA,  semakin menjadikanku mensyukuri lagi memiliki ke Dua Orang tua ku  atas tauladan yang diberikan orang tuaku.
Terimakasi Ibu dan bapakku semua atas berkat Do.a mu dan juga didikkan mu dalam mengarungi hidup ini, jujur dalam hati sangat ingin aku berada di samping kedua orang tuaku yang sudah masuk usia senja. 
Juga kakekku dari Ibu ku Almarhum R. Supoyo Mitro suyitno yang juga menjafi tauladan ku juga banyak belajar dari beliau tentang kehidupan, tata krama, serta ilmu hidup dari pengabdiannya mengamalkan ilmunya selama di Dunia.

Mungkin jika aku tulis semua tak kan habis sampai di sini. akan menjadi sebuah cerita bagaimana mereka mengilhami aku hingga bisa seperti saat ini.


Tidak ada komentar

Terimakasih sudah berkunjung. Dan jangan lupa tinggalkan komentar.
Salam